Jumat, 08 Mei 2015

Tuhan, kapan aku hamil?

                Waktu kita menikah pasti hampir semua mendoakan begini, “Semoga menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah, warrahmah serta cepet dapet keturunan” dan kita pun ikut menjawabnya ”aamiin”. Beberapa bulan kemudian pasti orang-orang akan bertanya, “Udah isi belum?”. Sekali dua kali masih terdengar biasa, bagaimana jika sudah berbulan-bulan? Sedangkan kehamilan yang dinantikan tak kunjung datang.

Ilustrasi ibu hamil

            Bulan ini sudah memasuki bulan ketujuh dari pernikahan dan masih belum ada tanda-tanda untuk segera mendapatkan momongan. Ya, baru tujuh bulan masih bisa dibilang pengantin baru. Akan tetapi apakah tidak pernah terlintas dibenak kami keinginan untuk segera mendapatkan keturunan? Tentu saja ada. Setenang apapun perkataan yang kami keluarkan. Seindah apapun jawaban yang kami ungkapkan. Sebagus apapun alasan  yang kami kemukakan. Tentu pikiran semacam itu tetap ada.

Test pack negatif


            Pernah saya membuka sebuah forum ibu hamil di internet. Di sana ada banyak curhatan para ibu yang sedang berusaha untuk mendapatkan keturunan. “Wah, berarti saya tidak sendiri. Hehehe”. Sejak awal, saya tahu bahwa masih banyak ibu-ibu di luar sana yang mempunyai keadaan seperti saya. Tidak perlu jauh-jauh, di dekat rumah pun ada. Jika dibandingkan dengan teman-teman yang usia pernikahannya hamper sama, mungkin saya sudah kalah jauh. Hampir semua teman dengan usia pernikahan yang sama bahkan lebih muda kini sedang mempersiapkan kelahiran buah hati mereka. Bahkan sudah ada yang mempunyai anak. Lantas, apa tidak ada usaha yang saya lakukan?

            Jika seseorang menginginkan sesuatu, otomatis orang tersebut akan berusaha untuk mendapatkannya. Hanya kita tidak tahu seberapa besar usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai keingnannya. Bagi sebagian orang, menanyakan seberapa besar usaha yang dilakukan adalah sebuah motivasi yang mana dapat segera diberi masukkan. Sebagian lain merasa, pertanyaan tersebut mulai mengusik ruang pribadi dan menjadi tekanan. Bukan membuat motivasi, malah menjadi beban sehingga malas untuk kembali berusaha.

            Tulisan ini merupakan curhatan serta pesan terutama untuk saya pribadi. Tulisan yang saya buat ketika saya berada dibawah ini semoga bisa menjadi pengingat untuk lebih berhati-hati dalam bertanya. Berhati-hati bila bertanya, “Wis lulus durung?. Dan berpikir dua kali sebelum menanyakan, “Lha po ra tau mbok garap kok durung lulus?”. Berhati-hati menanyakan, “Kapan nikah?”. Tidak menghakimi pertanyaan “Mbok yon dang golek calon kono”. Hehehe. . .


            Beberapa usaha sebenarnya sudah kami lakukan. Terlebih karena kami adalah pasangan yang LDR (long distance relationship). Namun LDR adalah bukan suatu kesalahan yang tidak bisa disalahkan. LDR sendiri merupakan keputusan yang sebelumnya sudah melalui pemikiran panjang. Untuk LDR mungkin akan saya ulas dipostingan selanjutnya. Usaha-usaha yang pernah kami lakukan seperti tips yang sering kami baca di google.


            Selanjutnya mengenai bersyukur, terkadang kita terlalu sibuk melihat ke atas. Menghitung berapa kekurangan kita tanpa menyadari berapa banyak nikmat yang kita terima. Subhanallah. . . ternyata selama ini saya masih kurang bersyukur. Seharusnya saya bersyukur karena cepat mendapat jodoh (termasuk cepat  untuk seseorang yang belum pernah pacaran sebelumnya, hehe), mendapakan suami yang sholeh, bertanggung jawab, sabar dan baiiiik melebihi pangeran dari negeri dongeng (ceilee), bersyukur diberi rejeki yang cukup sehingga tidak perlu nunggu gajian untuk membeli sesuatu, bersyukur diberi kesempatan untuk melanjutkan pendididkan, bersyukur diberi pekerjaan yang selama ini merupakan impianku (walau belum jelas nasibnya) dan masih banyak lagi.


            And finally, langkah terakhir yang kami lakukan adalah bersabar, berdoa dan terus berusaha. Good luck . . .

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar