Waktu kita menikah pasti hampir semua
mendoakan begini, “Semoga menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah, warrahmah
serta cepet dapet keturunan” dan kita pun ikut menjawabnya ”aamiin”. Beberapa
bulan kemudian pasti orang-orang akan bertanya, “Udah isi belum?”. Sekali dua
kali masih terdengar biasa, bagaimana jika sudah berbulan-bulan? Sedangkan
kehamilan yang dinantikan tak kunjung datang.
Ilustrasi ibu hamil |
Bulan ini
sudah memasuki bulan ketujuh dari pernikahan dan masih belum ada tanda-tanda
untuk segera mendapatkan momongan. Ya, baru tujuh bulan masih bisa dibilang
pengantin baru. Akan tetapi apakah tidak pernah terlintas dibenak kami
keinginan untuk segera mendapatkan keturunan? Tentu saja ada. Setenang apapun
perkataan yang kami keluarkan. Seindah apapun jawaban yang kami ungkapkan.
Sebagus apapun alasan yang kami
kemukakan. Tentu pikiran semacam itu tetap ada.
Test pack negatif |
Pernah saya membuka
sebuah forum ibu hamil di internet. Di sana ada banyak curhatan para ibu yang sedang
berusaha untuk mendapatkan keturunan. “Wah, berarti saya tidak sendiri. Hehehe”.
Sejak awal, saya tahu bahwa masih banyak ibu-ibu di luar sana yang mempunyai
keadaan seperti saya. Tidak perlu jauh-jauh, di dekat rumah pun ada. Jika
dibandingkan dengan teman-teman yang usia pernikahannya hamper sama, mungkin
saya sudah kalah jauh. Hampir semua teman dengan usia pernikahan yang sama
bahkan lebih muda kini sedang mempersiapkan kelahiran buah hati mereka. Bahkan
sudah ada yang mempunyai anak. Lantas, apa tidak ada usaha yang saya lakukan?
Jika
seseorang menginginkan sesuatu, otomatis orang tersebut akan berusaha untuk
mendapatkannya. Hanya kita tidak tahu seberapa besar usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencapai keingnannya. Bagi sebagian orang, menanyakan seberapa
besar usaha yang dilakukan adalah sebuah motivasi yang mana dapat segera diberi
masukkan. Sebagian lain merasa, pertanyaan tersebut mulai mengusik ruang
pribadi dan menjadi tekanan. Bukan membuat motivasi, malah menjadi beban
sehingga malas untuk kembali berusaha.
Tulisan ini
merupakan curhatan serta pesan terutama untuk saya pribadi. Tulisan yang saya
buat ketika saya berada dibawah ini semoga bisa menjadi pengingat untuk lebih
berhati-hati dalam bertanya. Berhati-hati bila bertanya, “Wis lulus durung?.
Dan berpikir dua kali sebelum menanyakan, “Lha po ra tau mbok garap kok durung lulus?”.
Berhati-hati menanyakan, “Kapan nikah?”. Tidak menghakimi pertanyaan “Mbok yon
dang golek calon kono”. Hehehe. . .
Beberapa
usaha sebenarnya sudah kami lakukan. Terlebih karena kami adalah pasangan yang
LDR (long distance relationship). Namun LDR adalah bukan suatu kesalahan yang
tidak bisa disalahkan. LDR sendiri merupakan keputusan yang sebelumnya sudah
melalui pemikiran panjang. Untuk LDR mungkin akan saya ulas dipostingan
selanjutnya. Usaha-usaha yang pernah kami lakukan seperti tips yang sering kami baca di
google.
Selanjutnya
mengenai bersyukur, terkadang kita terlalu sibuk melihat ke atas. Menghitung
berapa kekurangan kita tanpa menyadari berapa banyak nikmat yang kita terima. Subhanallah. . . ternyata selama ini
saya masih kurang bersyukur. Seharusnya saya bersyukur karena cepat mendapat jodoh (termasuk
cepat untuk seseorang yang belum pernah
pacaran sebelumnya, hehe), mendapakan suami yang sholeh, bertanggung jawab,
sabar dan baiiiik melebihi pangeran dari negeri dongeng (ceilee), bersyukur
diberi rejeki yang cukup sehingga tidak perlu nunggu gajian untuk membeli
sesuatu, bersyukur diberi kesempatan untuk melanjutkan pendididkan, bersyukur
diberi pekerjaan yang selama ini merupakan impianku (walau belum jelas
nasibnya) dan masih banyak lagi.
And finally,
langkah terakhir yang kami lakukan adalah bersabar, berdoa dan terus berusaha. Good
luck . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar