Senin, 30 Mei 2016

Selamat Datang Jagoan

               Sudah lama banget gak posting  di blog. Mungkin postingan terakhir pas hamil 7 bulan. Jangankan posting, buat nulis tesis aja yang dikejar deadline malesnya minta ampun. Yah, itung itung buat pemanasan karena lama gak nulis, up date blog dulu. Maaf ya reader kalau bahasanya kacau, maklum lama kagak nulis. Padahal dulu, aku orangnya hobbi banget yang namanya nulis dan mengarang indah. Eh, udah dulu ya basa basinya, yuk mulai baca cerita kelahiran putra pertamaku.

                Selasa, 5 April 2016
                Hari ini aku dapet undangan senam hamil dari bu bidan dan seperti biasa aku menghadiri undangan tersebut. Di desaku memang sedang mengadakan kelas ibu hamil, selain senam hamil juga ada materi mengenai kehamilan, evaluasi, dan sesi tanya jawab. Ada makan gratisnya juga lho, hehe.. Jarak antara rumah dan lokasi senam hamil sekitar 1 km, cukup jauh sih buat ibu hamil. Karena baby gak kunjung lahir, aku memutuskan pergi ke sana dengan jalan kaki. Katanya sih jalan kaki adalah salah satu cara induksi alami untuk mempercepat persalinan minimal supaya kepala baby mau turun ke panggul. Sebenarnya HPL ku masih tanggal 13 April, tapi berat baby terakhir udah 2,9 kg. Target maksimal hanya 3 kg mengingat postur tubuhku kecil dan belum dilakukan pemeriksaan panggul. Recananya tanggal 9 April baru akan dilakukan pemeriksaan panggul untuk mengetahui ukuran panggul.

                Ternyata pulang pergi sejauh 1 km (karena PP brarti jadi 2 km)bukan hal yang mudah. Dijalan kakiku sempat kram, sakit rasanya tapi ku tahan. Istirahat sebentar lanjut jalan lagi. Sampai di rumah kakiku sakit lagi dan gak bisa digerakkan. Aku menduga hanya kecapean,  lantas aku kembali beristirahat dan kakiku normal kembali. Di rumah pun aku banyak melakukan olahraga untuk induksi alami, seperti yoga dan jongkok berdiri. Bahkan pada malam hari aku sempatkan untuk mengepel lantai. Semua itu aku lakukan agar aku bisa lahiran normal. Prinsipku kalau kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha semaksimal mungkin dan hasilnya kita pasrahkan kepada Yang di Atas. Hari-hari selanjutnya masih sama, aku memperbanyak olahraga untuk induksi alami, masih diet gula dan karbohidrat serta memperbanyak istirahat. Sayang induksi alami sama suami gak bisa dilakukan, hehehe... Maklum, kita masih LDM dan suami baru pulang ketika proses persalinan berlangsung. Aku sendiri juga tidak ingin menghabiskan jatah cuti suami sebelum melahirkan.

8 April 2016
                Pukul 01.00 dini hari, seperti biasa terasa ingin kencing dan aku pun pergi ke kamar mandi. Tidak ada hal yang aneh saat itu. Hanya terasa ada sesuatu yang merembes meskipun kencing sudah selesai. Ku kira hanya cairan keputihan biasa dan aku memutuskan untuk kembali tidur. Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Aku lalu kembali ke kamar mandi untuk memastikn cairan yang keluar. Ternyata bukan keputihan biasa, melainkan ada bercak darahnya. Dari referensi yang aku baca, cairan tersebut adalah air ketuban yang berarti ketubanku sudah pecah. Meski sebenarnya pank, aku menghubungi ayahku yang tidur dilantai atas. Aku sengaja meminimalisir gerakan agar cairan yang keluar tidak bertambah banyak  kemudian kami langsung menuju rumah sakit terdekat.
                Sesampainya di rumah sakit, aku langsung disuruh masuk ke ruang bersalin. Di sana langsung dilakukan VT untuk mengetahui pembukaan, ternyata masih bukaan 1. Karena aku mengalami ketuban pech dini atau KPD maka bayiku harus segera dilahirkan dalam 24 jam. Bidan mengatakan kalau aku akan segera diinduksi untuk merangsang kontraksi tetapi aku menolak untuk diinduksi. Berdasarkan pengalaman temanku yang mengalami KPD, dia bisa melahirkan normal tanpa induksi. Akhirnya bidan yang memeriksaku setuju untuk menunda induksi dan menunggu kontraksi alami, tetapi aku hanya diberi waktu maksimal 6 jam. Kalau tidak ada penambahan pembukaan brarti hanya tersisa dua opsi, induksi atau langsung operasi. Saat itu masih pukul 02.00, berarti batas waktunya sampai pukul 08.00.

Senin, 22 Februari 2016

My Pregnancy


            Alhamdulillah, setelah kemarin menulis postingan tentang kehamilan yang tak kunjung tiba, kini kami tengah menanti kelahiran buah hati. Allah memang selalu mempunyai rencana yang terbaik bagi hambanya. Terkadang doa kita tidak langsung dikabulkan, melainkan menunggu waktu yang tepat atau Allah menggantinya dengan yang lebih baik.

 Hampir semua wanita pasti ingin menjadi seorang ibu dan kehamilan adalah salah satu proses yang harus jalani. Sebagai calon ibu yang baru pertama kali mengalami kehamilan tentu semua terasa baru bagiku. Dimulai dari mencoba  test pack yang pada awalnya hanya satu garis kini menjadi dua garis. Tepatnya pada bulan Agustus 2015 lalu, ketika pasukan berbaret merah tak kunjung tiba, iseng-iseng aku beli dua test pack berbeda merk. Test pack yang pertama agak mahal harganya skitar 25 ribu, ada cawan untuk menampung urine di dalamnya. Test pack yang kedua harganya murah, cukup 2500. Karena penasaran dan tak sabaran, aku langsung mencoba test pack pertama.  Setelah beberapa menit munculah 2 garis yang berarti positif.

Sebagai seorang wanita yang sudah lama menantikan kehamilan, tentu aku senang sekali. Tak lupa saat itu juga langsung whatapps suami sambil kirim gambar hasil test pack. Eh, suami malah gak ngerti artinya. Moodku pun berubah dari awal girang jadi sebel. Akhirnya suami browsing tentang test pack, baru dia tahu kalo aku positif hamil. Tapi, kami berdua masih ragu juga dan suami menyarankan untuk mecoba test pack yang kedua. Setelah ku coba hasilnya sama yaitu positif. Karena suami tidak pulang minggu itu, dia menyarankan aku supaya segera ke dokter kandungan.